Epistem Perkenalkan Teknologi Pemetaan Bentang Lahan di Sumatera Selatan

Berita95 Dilihat

PALEMBANG, SEPUTARSUMATERA.COM – Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, Indonesia telah menempatkan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, khususnya di sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya (AFOLU), sebagai prioritas utama.

Untuk mendukung ketahanan pangan dan energi nasional, pemerintah kini mengarahkan fokus pada pemanfaatan lahan terdegradasi dan marginal. Di tengah upaya ini, ketersediaan data yang akurat, terbuka, dan mudah diakses menjadi salah satu aspek penting guna mengidentifikasi area prioritas serta menentukan strategi pemanfaatan dan restorasi yang tepat sasaran.

Terlebih, upaya restorasi, pencegahan deforestasi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan berpotensi menyumbang hingga 30% dari solusi terhadap krisis iklim global. Namun, potensi besar ini kerap terhambat oleh keterbatasan data, mulai dari tahap perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Padahal pengelolaan bentang lahan secara berkelanjutan merupakan kunci dalam strategi mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk itu, kegiatan Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions (Epistem) hadir menyediakan teknologi pemetaan bentang lahan yang memungkinkan para pelaku utama untuk mengakses data berkualitas tinggi guna mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.

READ  Fraksi-fraksi DPRD Prov. Sumsel Sampaikan Pandangan Umum terhadap Raperda Perubahan APBD Tahun Anggaran 2023

Teknologi tersebut dirancang untuk mempermudah akses dan menyediakan data berkualitas tinggi bagi upaya restorasi hutan dan bentang lahan secara berkelanjutan, dengan mengedepankan keseimbangan antara manfaat penyerapan karbon, pelestarian keanekaragaman hayati, serta peningkatan penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Pada Selasa (22/4/2025) di Grand Atyasa Palembang, Epistem menyelenggarakan ‘Konsultasi Pengembangan Teknologi Pemetaan Bentang Lahan’ bersama berbagai pemangku kepentingan di Sumatera Selatan (Sumsel) , yang menjadi lokasi perdana program tersebut. Didukung oleh BMU-IKI, program ini dilaksanakan bersama IIASA, CIFOR-ICRAF Indonesia, dan WRI Indonesia.

Kepala Bappeda Sumsel M. Adhie Martadhiwira berkata, upaya-upaya pencegahan deforestasi dan degradasi
hutan di Sumsel, khususnya di sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya telah menjadi salah satu prioritas daerah.

“Diharapkan dengan adanya kegiatan ini turut dapat mendukung Pemerintah Provinsi Sumsel dalam penyusunan kebijakan, rencana, dan program,” ujarnya.

Bappeda Sumsel berharap agar kegiatan tersebut dapat membantu merumuskan solusi yang relevan secara lokal, memperkuat ketahanan masyarakat, dan mendukung perencanaan kebijakan yang tepat sasaran untuk melindungi penghidupan dan ekosistem di Sumsel secara berkelanjutan.

READ  Palembang Darurat Narkoba, Ratu Dewa Dukung Hadirnya Badan Narkotika Kota

Kegiatan konsultasi tersebut bertujuan memperkenalkan rangkaian program Epistem kepada calon pengguna serta memberikan gambaran awal mengenai pengembangan teknologi pemetaan bentang lahan. Selain itu, kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk menggali masukan guna menyempurnakan desain fitur teknologi Epistem, sekaligus memperkenalkan maket atau visualisasi desain teknologi tersebut.

Ping Yowargana, Peneliti Senior dari International Institute for Applied Systems Analysis
(IIASA) berujar, Epistem menjawab tantangan-tantangan persoalan data tersebut dengan mendorong penggunaan teknologi pemetaan bentang lahan yang transparan, terbuka (open source) dan terstandarisasi.

“Teknologi ini dirancang untuk digunakan oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat sipil, pelaksana restorasi, lembaga donor, hingga pemerintah, dengan mudah, gratis dan tanpa memerlukan lisensi khusus,” katanya.

Dengan mengembangkan teknologi pemetaan, Epistem membantu para pelaku dan pemangku kepentingan dalam mengakses dan memanfaatkan data yang akurat untuk perencanaan, mobilisasi dana, serta pelaksanaan upaya pencegahan deforestasi dan pemulihan hutan serta bentang lahan yang terdegradasi,” ungkapnya.

READ  Ketua DPRD Prov Sumsel Hadir Peringatan Upacara HAB Ke-77

Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia Andree Ekadinata menekankan pentingnya kolaborasi dalam kegiatan Epistem. “Restorasi memerlukan kerjasama multipihak, pemerintah, komunitas, akademisi dan teknologi untuk dampak yang luas dan berkelanjutan.

“Karenanya, untuk memastikan teknologi yang dikembangkan Epistem sesuai dengan kebutuhan pengguna, kegiatan ini sedari awal telah menggandeng lembaga-lembaga yang terlibat dalam berbagai upaya restorasi dan pencegahan deforestasi,” ujar Andree.

Keterlibatan pemangku kepentingan sejak awal sangat penting untuk memastikan kegiatan Epistem selaras dengan kebutuhan nyata di lapangan. Melalui partisipasi ini, Epistem mengembangkan platform teknologi pemetaan sumber terbuka yang adaptif, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis pengguna, tetapi juga mendorong transparansi dalam penggunaan serta evaluasi kualitas data.

Konsultasi awal juga telah dilakukan pada Februari lalu untuk memperkenalkan kegiatan Epistem dan memberikan gambaran umum mengenai pengembangan teknologi pemetaan dalam mendukung upaya restorasi serta pencegahan deforestasi.

Kegiatan tersebut juga menjadi wadah untuk mendengarkan pengalaman berbagai pihak, khususnya terkait peran teknologi pemantauan dan data dalam mendukung inisiatif-inisiatif tersebut. ***